Cahayapendidikan.com – Teori Bermain Klasik dan Teori Bermain Modern – Wajib Dipahami Guru PAUD TK.
Pendidikan bagi Anak Usia Dini (PAUD) adalah pemberian upaya untuk menstimulasi, membimbing, mengasuh
dan pemberian kegiatan pembelajaran yang akan menghasilkan kemampuan dan keterampilan anak.
Pendidikan bagi anak usia dini merupakan sebuah pendidikan yang dilakukan pada anak yang baru lahir sampai dengan delapan tahun.
Dan Pendidikan pada tahap ini memfokuskan pada kemampuan fisik, intelegensi/ koginitif, emosional dan sosial – edukasi.
Sesuai dengan keunikan dan pertumbuhan Anak Usia Dini maka penyelenggaraan pendidikan bagi Anak Usia Dini disesuaikan dengan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh Anak Usia Dini.
Upaya PAUD bukan hanya dari sisi pendidikan saja, tetapi termasuk upaya pemberian gizi, kesehatan, perawatan,
pengasuhan dan perlindungan pada anak sehingga dalam pelaksanaan PAUD dilakukan secara terpadu dan komprehensif.
Teori Bermain Klasik dan Teori Bermain Modern
A. Teori Bermain Klasik
1. Teori Surplus Energi (The Surplus Energy Theory)
Teori surplus energi (The Surplus Energy Theory) dalam bermain ini dicetuskan oleh Herbert Spencer dari Inggris.
Menurutnya, anak usia dini memiliki energi yang luar biasa dan sangat berlebih. Energi yang berlebih tersebut kemudian oleh anak akan dikeluarkan melalui bermain.
2. Teori Relaksasi / Teori Rekreasi (The Recreation / Relaxation Theory)
Teori ini menyatakan bahwa bermain berfungsi untuk me-refresh energi.
G.T. W Patrick menyatakan bahwa orang-orang yang kehabisan energi perlu menemukan cara untuk memulihkan energi fisik dan psikologis mereka.
Bermain sangat dibutuhkan untuk mengembalikan energi tersebut.
Fokus dari teori ini adalah bermain sebagai cara untuk mengembalikan energi dari kelelahan yang dialami setelah bekerja cukup keras.
Bermain akan menyegarkan kembali kondisi tubuh menjadi lebih bugar dan menghindari kemalasan
3. Teori Praktis (The Pre-Exercise / Practice Theory)
Teori ini menyatakan bahwa bermain adalah bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan anak sehari-hari
karena melalui kegiatan tersebut anak akan melakukan praktik beragam keterampilan yang nantinya mereka butuhkan pada saat dewasa.
Jadi, teori ini memandang bahwa bermain adalah persiapan untuk kehidupan anak di masa mendatang.
Karl Groos, pencetus teori ini, mengidentifikasi bahwa bermain mencakup kegiatan:
a. bermain eksperimental (bermain dengan aturan),
b. bermain yang melibatkan perilaku seolah-olah berkelahi (rough and tumble play),
c. bermain imajinasi, sosial, dan permainan keluarga (dramatic play).
4. Teori Rekapitulasi (The Recapitulation Theory)
Menurut G. Stanley Hall, pencetus teori rekapitulasi ini,
bermain adalah kegiatan katarsis untuk menghilangkan naluri primitif yang tidak tepat untuk diturunkan pada generasi selanjutnya.
Anak melakukan pengulangan terhadap permainan yang telah dilakukan oleh generasi sebelumnya.
Baca Juga:Permasalahan Anak Usia Dini Gejala Penyebab dan Solusinya – Guru PAUD Wajib Tahu
B. Teori Bermain Modern
1. Teori Psikoanalisis
Bermain adalah cara yang paling baik meminimalisir kecemasan.
Teori ini dicetuskan oleh Sigmund Freud, Erik Erikson dan Anna Freud.
Menurut Anna Freud dkk yang mengemukakan teori ini,
bermain dapat digunakan sebagai cara anak untuk membantu menguasai kejadian traumatis yang pernah dirasakan oleh anak.
Anak bermain untuk mengurangi emosi negatif yang tidak dapat mereka kontrol dalam kehidupan sesungguhnya, termasuk trauma dan konflik.
Bermain adalah kegiatan untuk katarsis emosi yang negatif untuk kemudian diubah menjadi emosi yang positif.
2. Teori Sosio Kultural / Konstekstual
Dalam konteks sosio-kultural, Vygotsky menyatakan bahwa
bermain secara langsung mendukung kekuatan perkembangan kognitif anak, terutama dalam kegiatan bermain simbolik, karena mendukung kemampuan berpikir abstrak.
Vygotsky percaya bahwa anak memiliki potensi untuk mencapai tingkat kemampuan namun tidak dapat mencapainya tanpa bantuan.
Anak-anak memerlukan kegiatan menantang yang membatasi jangkauan pengalaman, pengetahuan, penggunaan banyak sumber daya yang ada,
dan tingkat keterampilan memecahkan masalah untuk memperluas pengembangan pengetahuan dan keterampilan baru, yang pada gilirannya menghasilkan tingkat kemahiran baru.
3. Teori Arousal Modulation (Arousal Modulation Theory)
Teori ini dimunculkan oleh D.E. Berlyne, G. Fein, dan H. Ellis.
Anak-anak bermain untuk mengatur tingkat gairah di sistem saraf pusat mereka.
Teori ini mengasumsikan tingkat optimal dari dorongan sistem saraf pusat yang coba diupayakan oleh manusia melalui kegiatan bermain.
Bermain adalah cara untuk mencari keseimbangan level kesenangan dan tantangan. Anak mencari kesenangan dan tantangan melalui pengalaman sensori.
Bermain sebagai alat untuk menjaga tingkat keseimbangan agar berada di tingkat optimal.
4. Teori Kognitif
Teori kognitif dikembangkan oleh Jerome S. Bruner, Jean Piaget, dan B. Sutton Smith.
Hughes (2010) menuliskan bahwa bermain menfasilitasi perkembangan kognitif.
Teori ini menekankan aspek permainan yang berbeda saat anak tumbuh dan berkembang.
Teori ini menekankan bahwa anak-anak membutuhkan lingkungan yang memungkinkan mereka dapat menciptakan pengetahuan mereka daripada menerimanya dari para guru.
Anak mengembangkan kecerdasan mereka dengan berinteraksi dengan lingkungan fisik di sekitarnya.
Baca Juga:Permasalahan Anak Usia Dini Gejala Penyebab dan Solusinya – Guru PAUD Wajib Tahu
Demikian Teori Bermain Klasik dan Teori Bermain Modern, Semoga menambah wawasan kita bersama.
Sumber Rujukan: Modul Belajar Mandiri Calon Guru PAUD.