Contoh Soal AKM Literasi Teks Sastra Kelas 7-8 Fase D dengan Kunci Jawabannya

Cahayapendidikan.com – Contoh Soal AKM Literasi Teks Sastra Kelas 7-8 Fase D dengan Kunci Jawabannya.

Pada kesempatan ini Admin Cahayapendidikan akan berbagi Soal AKM Literasi Teks Sastra Kelas 7-8 Fase D dengan Kunci Jawabannya.

Soal AKM Literasi Teks Sastra Kelas 7-8 Fase D dengan Kunci Jawabannya, dapat dijadikan ajang berlatih mengerjakan soal-soal Asesemen Nasional AN bagi peserta didik.

Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) merupakan penilaian kemampuan minimum yang dilakukan kepada peserta didik.

Yang dimaksud Kemampuan minimum adalah kemampuan paling dasar yang harus dimiliki oleh peserta didik pada jenjang tertentu.

Kemampuan dasar tersebut dalam hal ini meliputi literasi membaca dan numerasi, kemampuan ini sesuai dengan kecakapan abad ke-21 yang menuntut peserta didik untuk dapat mengikuti perkembangan zaman yang penuh dengan tantangan.

Dengan menguasai kecakapan abad ke-21, peserta didik akan memiliki keterampilan belajar dan berinovasi, keterampilan menggunakan

dan memanfaatkan teknologi/media informasi, serta dapat bekerja dan bertahan dengan menggunakan kecakapan hidup (life skill).

Contoh Soal AKM Literasi Teks Sastra Kelas 7-8 Fase D dengan Kunci Jawabannya

Contoh Soal AKM Literasi Teks Sastra Kelas 7-8 Fase D dengan Kunci Jawabannya

Prinsip Pembelajaran

1. Pembelajaran dirancang dengan mempertimbangkan tingkat pencapaian peserta didik saat ini, sesuai kebutuhan belajar, serta mencerminkan karakter dan perkembangan mereka.

2. Pembelajaran dirancang dan dilaksanakan untuk membangun kapasitas belajar peserta didik dan kapasitas mereka untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat, mendorong pengembangan kapasitas belajar.

3. Kegiatan belajar mendukung perkembangan kognitif dan karakter peserta didik secara berkelanjutan dan holistik.

4. Pembelajaran yang relevan, yaitu pembelajaran yang dirancang sesuai konteks kehidupan dan budaya peserta didik, serta melibatkan orang tua dan komunitas sebagai mitra.

5. Pembelajaran berorientasi pada masa depan yang berkelanjutan.

Prinsip Asesmen

1. Asesmen merupakan bagian terpadu dari proses pembelajaran, memfasilitasi pembelajaran, menyediakan informasi sebagai umpan balik untuk guru, peserta didik, dan orang tua.

2. Asesmen perlu dirancang dan dilakukan sesuai dengan tujuan.

3. Asesmen dirancang secara adil, valid dan dapat dipercaya, memberikan informasi yang kaya bagi guru, peserta didik dan orang tua mengenai kemajuan dan pencapaian pembelajaran, serta keputusan tentang langkah selanjutnya.

4. Asesmen sebaiknya meliputi berbagai bentuk tugas, instrumen, dan teknik yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ditargetkan.

5. Laporan kemajuan belajar dan pencapaian peserta didik bersifat sederhana dan informatif,

memberikan informasi yang bermanfaat untuk peserta didik dan orang tua, dan data yang berguna untuk penjaminan dan peningkatan mutu pembelajaran.

Keterkaitan Prinsip Asesmen & Pembelajaran

1. Pembelajaran dirancang dengan mempertimbangkan tingkat pencapaian peserta didik saat ini, sesuai kebutuhan belajar, serta mencerminkan karakter dan perkembangan mereka.

2. Pembelajaran dirancang dan dilaksanakan untuk membangun kapasitas belajar peserta didik dan kapasitas mereka untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat

3. Kegiatan belajar mendukung perkembangan kognitif dan karakter peserta didik secara berkelanjutan dan holistik

4. Pembelajaran yang relevan, yaitu pembelajaran yang dirancang sesuai konteks kehidupan, menghargai budaya peserta didik, serta melibatkan orang tua dan komunitas sebagai mitra

5. Pembelajaran berorientasi pada masa depan yang berkelanjutan

Baca Juga:4 Langkah Pengembangan Penilaian Kinerja – Wajib Dipahami Guru

Soal AKM Literasi Teks Sastra Kelas 7-8 Fase D

Cakupan Materi dan Detail Kompetensi Teks Sastra

Teks Sastra

a. Menemukan informasi tersurat (siapa, kapan, di mana, mengapa, bagaimana) pada teks sastra atau teks informasi yang terus meningkat sesuai jenjangnya. (2 soal)

b. Mengidentifikasi kata kunci yang efektif untuk menemukan sumber informasi yang relevan pada teks sastra atau teks informasi yang terus meningkat sesuai jenjangnya. (1 soal)

c. Menganalisis perubahan pada elemen intrinsik (kejadian/karakter/setting/konflik/alur cerita) pada teks sastra yang terus meningkat sesuai jenjangnya. (3 soal)

d. Menyimpulkan perasaan dan sifat tokoh serta elemen intrinsik lain seperti latar cerita, kejadian-kejadian dalam cerita berdasarkan informasi rinci di dalam teks sastra yang terus meningkat sesuai jenjangnya. (1 soal)

e. Membandingkan hal-hal utama (misalnya karakter tokoh atau elemen intrinsik lain) dalam teks sastra yang terus meningkat sesuai jenjangnya. (2 soal)

f. Menilai kesesuaian pemilihan warna, tata letak, dan pendukung visual lain (grafik, tabel dll) dalam menyampaikan pesan/topik tertentu dalam teks sastra atau teks informasi yang terus meningkat sesuai jenjangnya. (2 soal)

g. Merefleksi pengetahuan baru yang diperoleh dari teks sastra atau teks informasi terhadap pengetahuan yang dimiliknya yang terus meningkat sesuai jenjangnya. (1 soal)

Tujuan Assessmen: Diagnostik

Mendiagnosa kemampuan murid untuk menentukan perangkat ajar yang tepat.

Komposisi Paket Soal

  • 4 pilihan ganda
  • 6 pilihan ganda kompleks
  • 2 uraian

AKM Literasi Teks Sastra Kelas 7-8 Fase D

Wacana 1: Aku Ingin Sekolah: Kisah Anak Suku Sakai

“Abang bacalah!” anak kecil itu membusungkan dadanya. Namanya tertulis di bajunya. “Abang belum bisa membaca,” jawab Langai malu. Ia melihat huruf kecil-kecil di baju anak itu. Lijal pun hanya bisa terdiam.

“Abang kan sudah besar!” suara anak kecil itu meninggi, ia merasa keheranan. Sudah besar belum bisa membaca! Gumamnya terdengar oleh Langai.

Langai menundukkan kepala ketika dilihatnya Bu Fatimah memandang ke arah mereka. Begitu juga dengan Lijal

“Ada apa, Salim?” Bu Guru itu menghampiri mereka. Oh, anak kecil ini ternyata bernama Salim! Langai membatin.

Ia menundukkan kepala ketika Bu Guru semakin mendekat.

“Bu, abang ini belum pandai membaca. Dia kan sudah besar,” Salim berbisik, tetapi tetap kedengaran.
Bu Guru tersenyum, “Abang ini hebat, Salim!” Salim melongo. Bu Guru kembali ke depan kelas.

“Anak-anak, ibu bangga pada Abang Langai dan juga Abang Lijal. Semangat mereka untuk bisa bersekolah sangat tinggi.

Orang tua Bang Langai dan Bang Lijal masih tinggal di dalam hutan. Jauh dari desa kita. Abang Langai dan Abang Lijal berasal dari Suku Sakai, yakni suku asli yang hidup di pedalaman hutan-hutan di Riau.

Mereka harus berjalan kaki beberapa jam melewati hutan dan melalui semak belukar untuk sampai ke sekolah.”

Bu Guru tersenyum pada murid-muridnya sambil memandang berkeliling. Semua diam mendengarkan Bu Guru.

Mereka, anak-anak suku Sakai yang sudah bermukim.

“Meskipun harus mulai dari kelas satu dan sekelas dengan anak-anak sebaya kalian, Abang Langai dan Abang Lijal tetap ingin belajar!” sambung Bu Guru dengan suara lantang.

Anak-anak kecil itu menoleh ke arah Langai dan Lijal. Entah siapa yang memulai, tiba-tiba terdengar suara tepuk tangan. Tepukan itu disusul oleh seisi kelas, termasuk Bu Fatimah. Suasana kelas menjadi riuh.

Setelah suasana kembali reda, Bu Fatimah mulai mengajar. Langai mengikuti di dalam hati. Ia belum berani bersuara.
Selanjutnya, Bu Fatimah mengajari menulis. Langai dan Lijal diberi pensil dan buku. Langai merasa jari-jarinya kaku ketika memegang pensil. Ini kali pertama ia memegang pensil.

Diperhatikannya cara Salim memegang pensil. Lalu, ia mulai meniru. Mula-mula ia agak kesulitan juga, tetapi akhirnya ia mulai terbiasa. Ia mulai menulis apa yang ditulis Bu Fatimah di papan tulis.

Langai merasa asyik memainkan pensil di tangannya. Tiba-tiba terdengar suara dentang
besi dipukul beberapa kali, per tanda waktu istirahat. Anak-anak berlarian keluar, termasuk Salim.

Langai duduk sendiri sambil terus menulis. Lijal mendekati abangnya. Wajahnya tampak cerah.

Bu Fatimah mendekati mereka. Ia tersenyum melihat Langai yang sangat bersemangat berlatih menulis.

“Pukul berapa kalian berangkat dari hutan tadi pagi?” tanya Bu Fatimah. “Saya tidak tahu, Bu,” jawab Langai, “hari masih gelap ketika kami berangkat dari rumah.

Bu Fatimah tersenyum kecut. Ia tahu Langai dan Lijal menempuh perjalanan yang cukup jauh. Wajah mereka terlihat lelah, tetapi semangatnya mengalahkan kelelahan itu.

“Bagaimana jika kalian tinggal di rumah Ibu?” Bu Fatimah memandang Langai dengan saksama, “Ibu juga memunyai seorang anak laki-laki, sebaya dengan Lijal. Ia sudah duduk di kelas 4.”

Soal 1. Mengapa Bu Fatimah bangga terhadap Langai dan Lijal?

Pilihlah setiap pernyataan yang benar!
A. Semangat Langai dan Lijal untuk bisa bersekolah sangat tinggi.
B. Langai dan Lijal pandai dalam pelajaran di sekolah.
C. Sikap Langai dan Lijal yang sangat ramah kepada teman-teman.
D. Perjuangan Langai dan Lijal untuk dapat berangkat ke sekolah.

Jawab: a. Benar, B. salah, C. Salah, D. Benar

Soal 2. Jika kamu ingin mencari informasi lebih mengenai kisah tersebut, kata kunci apa yang kamu ketikan pada laman internet?
A. Suku Sakai pedalaman.
B. Perjuangan suku Sakai.
C. Sekolah anak suku Sakai.
D. Sejarah suku Sakai.

Jawab: C. Sekolah anak suku Sakai.

Soal 3. Walaupun sudah besar, Langai belajar bersama anak kelas satu. Ketika ada
anak yang meminta Langai membaca tulisan, ternyata Langlai belum bisa membaca. Apa yang terjadi pada Langai setelah peristiwa itu?

1. Langai membaca dengan menunduk karena malu ketika belajar.
2. Langai malu, tetapi memiliki semangat tinggi untuk menulis dan menyimak penjelasan guru.
3. Langai percaya diri terhadap kemampuannya karena ia yakin bisa.

Jawab: 1. Salah, 2. Benar, 3. Benar

Soal 4. Salim mengatakan bahwa Langai belum pandai membaca padahal sudah
besar. Namun, Bu Fatimah justru memberikan pujian kepada Langai. Bagaimana
perasaan Langai pada saat itu?

Pilihlah setiap pernyataan yang benar!
A. Langai merasa bangga terhadap dirinya sendiri.
B. Langai merasa kepercayaan dirinya muncul pada saat itu.
C. Langai merasa canggung sekelas dengan anak-anak kecil.
D. Langai merasa bahagia dan menyimak penjelasan Bu Fatimah dengan saksama.

Jawab: A. Salah, B. Benar, C. Salah, D. Benar

Soal 5. Terdapat perbedaan kejadian yang dialami tokoh pada cerita tersebut.

Pilihlah pernyataan-pernyataan berikut yang menggambarkan perbedaan kejadian yang dialami tokoh dalam cerita tersebut, pada setiap pernyataan yang benar!

A. Langai dan Lijal awalnya sangat malas belajar, tetapi di akhir cerita mereka menjadi
rajin belajar berkat dukungan Salim.

B. Awalnya Salim mengejek Langai dan Lijal, tetapi akhirnya cerita Salim meminta maaf
kepada mereka.

C. Langai dan Lijal awalnya tidak percaya diri, tetapi akhirnya mereka dapat lebih percaya diri berkat Ibu Fatimah.

D. Anak-anak awalnya memandang Langai dan Lijal sebelah mata, tetapi akhirnya mereka ikut bangga dengan perjuangan Langai dan Lijal bersekolah.

Jawab: A. Salah, B. Salah, C. Benear, D. Benar

Wacana 2: Legong Kuntul

Setiap pagi Dewi selalu memandang burung kuntul (burung bangau) yang hinggap di pepohonan di sepanjang jalan desa. Kuntul yang berwarna putih itu bergerak anggun. Dewi menghela napas. Dia berharap gerak tarinya dapat seanggun itu. Tapi masih ada saja yang salah. Dewi kesal saat mengingatnya.

Waktu untuk belajar tak banyak lagi. Minggu depan, dia akan pentas Tari Legong Kuntul. Mungkin aku belum siap, pikir Dewi. Dipandangnya burung kuntul yang bersiap untuk terbang. Itu ar tinya dia juga harus segera datang ke tempat latihan.

Alunan Gamelan Semar Pagulingan mulai terdengar. Saatnya mulai berlatih. Dewi gugup sehingga tangannya agak gemetar. Dewi semakin kecil hati, ketiga temannya bergerak luwes dengan kipas mereka. Tangan Dewi masih kaku saat menggerakkan kipasnya. Sejenak terpikir olehnya untuk berhenti saja. Mungkin dia tak perlu ikut pentas tari kali ini.

Tapi, bagaimana dengan teman-temannya? Tak mungkin mereka pentas ber tiga. Tarian ini penarinya selalu berjumlah genap. Dewi semakin merasa galau. Saat pulang latihan, Dewi melihat burung kuntul yang tetap indah menghiasi pepohonan di desanya. Burung kuntul itu sudah ada di sana sejak dahulu.

Sore itu di kamarnya, Dewi memikirkan burung kuntul yang tetap ber tahan dan menjadi bagian dari desanya.
Bahkan, ibunya berkata, kokokan (burung kuntul) itu turut menjaga sawah dan ladang mereka. Mereka sudah menjadi bagian kehidupan di desa mereka, Desa Petulu di Ubud. Tari Legong Kuntul adalah gambaran persahabatan warga desa dengan kokokan.

Dewi menghela napas. Dia juga ingin menjadi bagian dari desanya. Dia akan menjadi bagian dari pentas Tari Legong Kuntul. Dewi mulai bersemangat. Tak lama terdengar gumamannya menirukan suara gamelan.

Tangannya mulai bergerak. Mula-mula perlahan, namun semakin lama semakin yakin. Tangannya mulai terlihat gemulai. Menambah latihan di rumah ternyata adalah ide yang bagus. Dewi tersenyum.

Soal 6. Mengapa masyarakat Desa Petulu menggemari Tari Legong Kuntul?

Jawab: Tari legong kuntul merupakan lambang persabahatan antara masyarakat Desa Petulu dengan burung kuntul (kokokan)

Soal 7. Pernyataan berikut ada yang sesuai dengan isi teks dan ada yang tidak
sesuai dengan isi teks.

Pilihlah Benar atau Salah untuk setiap pernyataan!

1. Sempat terlintas di pikiran Dewi untuk tidak ikut pentas karena gerakannya tidak
seluwes burung kuntul.
2. Dewi ingin menjadi bagian dari desanya dengan ikut menjadi penari Tari Legong
Kuntul.
3. Tari Legong Kuntul harus dibawakan oleh empat orang wanita.
Jawab: 1. Benar, 2. Benar, 3. Salah

Soal 8. Ada yang beraanggapan gambar yang ada kurang mendukung isi cerita.
Jika kamu diminta untuk menambah gambar supaya lebih memfaktualkan isi cerita maka yang akan kamu tambahkan adalah …
A. Dewi yang sedang latihan dengan wajah panik dan gelisah.
B. Burung-burung kuntul yang sedang terbang mengitari seluruh desa.
C. Jalan desa yang penuh pepohonan dan banyak burung kuntul yang hinggap.
D. Dewi yang menari dengan latar bayang burung kuntul yang mengepakkan sayap.

Jawab: A. Salah, B. Salah, C. Benar, D. Benar

Wacana 3: Anggrek Hitam

“Anggrek hitam cuma ada di pedalaman, seperti Semenanjung Malaya, Kalimantan, dan Sumatra,” cerita Taras,
“sekarang jadi maskot flora Kalimantan Timur.”
“Bunganya berwarna hitam?” tanya Ota.
Taras tertawa. “Mari kita lihat!” Taras mencari-cari di internet. Ota, Kiria, dan Luna mengerumuni laptop Taras.
“Nama ilmiahnya Coelogyne pandurata. Di Kalimantan Timur disebut Kersik luwai.

Anggrek hitam punya umbi semu oval berwarna hijau. Ada 2 helai daun yang keluar dari pucuk umbi semu.

Bunganya harum, dengan diameter sekitar 10 sentimeter, bisa bertahan 5-6 hari.

Bunga berwarna hijau muda dengan kelopak lancip, bibir berbentuk biola bergelambir 3 berwarna hitam.

Bagian sisinya bergelombang kecil, bagian tengahnya ada tebaran bintik-bintik hitam. Biasanya berbunga sekitar April-Juli.”

Anak-anak yang tergabung dalam Geng LOTRIA itu membicarakan kasus baru, yaitu hilangnya anggrek hitam milik Bu Silvia, tetangga Taras. Anggrek-anggrek itu kenangan waktu menjadi dokter di pedalaman Kalimantan.

“Sementara ini Bu Silvia mencurigai Pak Hamid, Bu Nanet, dan Kak Ramon,” kata Taras.

Keempat anak itu lalu bersepeda menuju rumah Bu Silvia. Mereka mencari Pak Hamid, tukang kebun Bu Silvia.

“Sorenya, saya memuji beberapa bunganya yang mekar. Eh, paginya hilang,” cerita Pak Hamid. Tetapi, malam itu Pak Hamid menunggui ibunya di rumah sakit, jadi tak mungkin mencuri anggrek.

Penyelidikan dialihkan kepada Bu Nanet, pemilik biro wisata yang rumahnya beberapa blok dari rumah Bu Silvia.

Dia juga penggemar anggrek dan tahu bahwa Bu Silvia punya anggrek hitam. Bu Nanet sedang menyiram koleksi tanamannya.

“Hei, anggrek hitam!” teriak Ota.

Sayang, sepertinya Bu Nanet bukan pencurinya. Dia membeli anggrek hitamnya di Balikpapan saat mengantar turis.

Ada potongan tiket masuk tempat wisata di Balikpapan.

Kak Ramon sangat cuek dan tidak suka ditanyai. Dia bercerita kalau saat kejadian, dia pulang malam dan langsung tidur sampai siang.

“Aku masih mencurigai Bu Nanet. Kenapa dia membeli anggrek baru saat Bu Silvia kehilangan anggrek? Apakah itu tidak terlalu kebetulan?” tanya Luna.

“Tapi, aku melihat tanggal yang ter tera di tiket itu,” bantah Kiria.

“Itu!” seru Taras. “Bu Nanet punya biro perjalanan. Mudah baginya untuk mendapat tiket wisata.

Selain itu, mengingat keberadaannya yang semakin langka, aku tidak yakin apakah bisa membawa anggrek hitam lewat pesawat.”

Bu Nanet tak bisa mengelak ketika Bu Silvia mengenali anggrek-anggrek hitam koleksinya.

Sebagai tanda terima kasih buat Geng LOTRI A, Bu Silvia menghadiahkan salah satu anggrek hitam kesayangannya.

“Terima kasih. Kami akan menaruhnya di markas rumah pohon sebagai lambang kesuksesan,” sambut Luna dengan wajah berseri-seri.
Disadur oleh Veronica Widyastuti

Soal 9. Setelah menemukan kesulitan dalam mencari bukti-bukti dari Pak Hamid, Bu Nanet, dan Kak Ramon, bagaimana Geng Lotria dapat menemukan titik terang tentang orang yang dicurigai dalam kasus tersebut?

A. Taras menyampaikan bahwa tidak mudah membawa bunga langka ke dalam pesawat.
B. Taras berhasil mengumpulkan hasil rekaman CCTV saat kejadian di rumah Bu Silvia.
C. Kiria mengatakan tentang Bu Nanet yang memiliki biro perjalanan ke luar negeri.
D. Luna menunjukkan tiket Bu Nanet saat membeli anggrek hitam di luar negeri.

Jawab: A. Taras menyampaikan bahwa tidak mudah membawa bunga langka ke dalam pesawat.

Soal 10. Berikut adalah pernyataan mengenai karakter tokoh dalam teks cerpen
Anggrek Hitam.

Tentukan benar atau salah pernyataan tersebut berdasarkan isi teks cerita!

1. Pak Hamid adalah seorang tukang kebun yang sering membolos.
2. Taras adalah anggota Geng LOTRIA yang kritis dan cerdas.
3. Selain memiliki naluri yang tajam, Bu Silvia juga cukup tegas.
4. Bu Nanet dengan jujur mengakui semua kesalahan yang telah dilakukannya.

Jawab: 1. Salah, 2. Benar, 3, Benar, 4. Salah

Soal 11. Pilihlah beberapa pernyataan yang benar dalam menyampaikan kesesuaian antara ilustrasi dan isi cerita tersebut!

A. Gambar bunga dalam ilustrasi sesuai isi karena mendeskripsikan ciri-ciri anggrek
hitam.
B. Ilustrasi sesuai dengan isi cerita karena anggota Geng LOTRIA terdiri atas 5 anak
saja.
C. Posisi para tokoh yang mengerumuni laptop dalam ilustrasi sesuai dengan peristiwa
dalam cerita.
D. Gambar salah seorang anggota Geng LOTRIA sedang menjelaskan tidak sesuai dengan isi cerita.

Jawab: A. Benar, B. Salah, C. Benar, D. Salah

Soal 12. Bu Nanet tak dapat mengelak dari semua kecurigaan karena Bu Silvia mengenali anggrek-anggrek hitam koleksinya. Berdasarkan peristiwa tersebut, sebutkan hal-hal positif yang dapat kamu terapkan dalam kehidupanmu!

Jawab: Nilai moral atau pesan moral dari peristiwa tersebut adalah supaya kita menjadi manusia yang jujur, tidak mengambil yang bukan milik kita, dan selalu memahami hak orang lain.

Contoh Soal AKM Literasi Teks Informasi Kelas 7-8 Fase D dengan Kunci Jawabannya dalam Format PDF dapat Anda unduhDISINI.

Bagi Anda yang akan mengerjakan AKM Literasi Teks Sastra Kelas 7-8 Fase D secaraonline DI SINI.

Baca Juga:

1.Contoh Soal AKM Numerasi Aljabar Kelas 7-8 Fase D dengan Kunci Jawabannya

2.Contoh Soal AKM Numerasi Bilangan Kelas 7-8 Fase D dengan Kunci Jawabannya

3.Contoh Soal AKM Numerasi Geometri Kelas 7-8 Fase D dengan Kunci Jawabannya

4.Contoh Soal AKM Numerasi Data dan Ketidakpastian Kelas 7-8 Fase D dengan Kunci Jawabannya

5.Contoh Soal AKM Literasi Teks Informasi Kelas 7-8 Fase D dengan Kunci Jawabannya

Anda juga dapat berlatih AKM dengan Contoh soal Asesmen Numerasi dan Literasi Kelas lainnya melalui tautan di bawah ini.

1. LENGKAP: Contoh Soal AKM Kelas 1-2 Numerasi dan Literasi Fase A [BERLATIH]

2. LENGKAP: Contoh Soal AKM Kelas 3-4 Numerasi dan Literasi Fase B [BERLATIH]

3. LENGKAP: Contoh Soal AKM Kelas 5-6 Numerasi dan Literasi Fase C [BERLATIH]

4. LENGKAP: Contoh Soal AKM Kelas 9-10 Numerasi dan Literasi Fase E [BERLATIH]

5. LENGKAP: Contoh Soal AKM Kelas 11-12 Numerasi dan Literasi Fase F [BERLATIH]

Demikian Contoh Soal Literasi Teks Sastra Kelas 7-8 Fase D dengan Kunci Jawabannya. Semoga bermanfaat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *