Cahayapendidikan.com – Contoh Soal AKM Literasi Teks Sastra Kelas 11-12 Fase E dengan Kunci Jawabannya.
Pada kesempatan ini Admin Cahayapendidikan akan berbagi Soal AKM Literasi Teks Sastra Kelas 11-12 Fase E dengan Kunci Jawabannya.
Soal AKM Literasi Teks Sastra Kelas 11-12 Fase E dengan Kunci Jawabannya, dapat dijadikan ajang berlatih mengerjakan soal-soal Asesemen Nasional AN bagi peserta didik.
Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) merupakan penilaian kemampuan minimum yang dilakukan kepada peserta didik.
Yang dimaksud Kemampuan minimum adalah kemampuan paling dasar yang harus dimiliki oleh peserta didik pada jenjang tertentu.
Kemampuan dasar tersebut dalam hal ini meliputi literasi membaca dan numerasi, kemampuan ini sesuai dengan kecakapan abad ke-21 yang menuntut peserta didik untuk dapat mengikuti perkembangan zaman yang penuh dengan tantangan.
Dengan menguasai kecakapan abad ke-21, peserta didik akan memiliki keterampilan belajar dan berinovasi, keterampilan menggunakan
dan memanfaatkan teknologi/media informasi, serta dapat bekerja dan bertahan dengan menggunakan kecakapan hidup (life skill).
Contoh Soal AKM Literasi Teks Sastra Kelas 11-12 Fase E dengan Kunci Jawabannya
Prinsip Pembelajaran
1. Pembelajaran dirancang dengan mempertimbangkan tingkat pencapaian peserta didik saat ini, sesuai kebutuhan belajar, serta mencerminkan karakter dan perkembangan mereka.
2. Pembelajaran dirancang dan dilaksanakan untuk membangun kapasitas belajar peserta didik dan kapasitas mereka untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat, mendorong pengembangan kapasitas belajar.
3. Kegiatan belajar mendukung perkembangan kognitif dan karakter peserta didik secara berkelanjutan dan holistik.
4. Pembelajaran yang relevan, yaitu pembelajaran yang dirancang sesuai konteks kehidupan dan budaya peserta didik, serta melibatkan orang tua dan komunitas sebagai mitra.
5. Pembelajaran berorientasi pada masa depan yang berkelanjutan.
Prinsip Asesmen
1. Asesmen merupakan bagian terpadu dari proses pembelajaran, memfasilitasi pembelajaran, menyediakan informasi sebagai umpan balik untuk guru, peserta didik, dan orang tua.
2. Asesmen perlu dirancang dan dilakukan sesuai dengan tujuan.
3. Asesmen dirancang secara adil, valid dan dapat dipercaya, memberikan informasi yang kaya bagi guru, peserta didik dan orang tua mengenai kemajuan dan pencapaian pembelajaran, serta keputusan tentang langkah selanjutnya.
4. Asesmen sebaiknya meliputi berbagai bentuk tugas, instrumen, dan teknik yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ditargetkan.
5. Laporan kemajuan belajar dan pencapaian peserta didik bersifat sederhana dan informatif,
memberikan informasi yang bermanfaat untuk peserta didik dan orang tua, dan data yang berguna untuk penjaminan dan peningkatan mutu pembelajaran.
Keterkaitan Prinsip Asesmen & Pembelajaran
1. Pembelajaran dirancang dengan mempertimbangkan tingkat pencapaian peserta didik saat ini, sesuai kebutuhan belajar, serta mencerminkan karakter dan perkembangan mereka.
2. Pembelajaran dirancang dan dilaksanakan untuk membangun kapasitas belajar peserta didik dan kapasitas mereka untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat
3. Kegiatan belajar mendukung perkembangan kognitif dan karakter peserta didik secara berkelanjutan dan holistik
4. Pembelajaran yang relevan, yaitu pembelajaran yang dirancang sesuai konteks kehidupan, menghargai budaya peserta didik, serta melibatkan orang tua dan komunitas sebagai mitra
5. Pembelajaran berorientasi pada masa depan yang berkelanjutan
Baca Juga: 4 Langkah Pengembangan Penilaian Kinerja – Wajib Dipahami Guru
Soal AKM Literasi Teks Sastra Kelas 11-12 Fase E
Cakupan Materi dan Detail Kompetensi Teks Sastra
- Membandingkan hal-hal utama (misalnya karakter tokoh atau elemen intrinsik lain) dalam teks sastra yang terus meningkat sesuai jenjangnya. (2 soal)
- Menilai kesesuaian pemilihan warna, tata letak, dan pendukung visual lain (grafik, tabel dll) dalam menyampaikan pesan/topik tertentu dalam teks sastra atau teks informasi yang terus meningkat sesuai jenjangnya. (1 soal)
- Merefleksi asumsi, ideologi, atau nilai yang terkandung dari teks sastra atau teks informasi untuk memahami cara pandang penulis sesuai jenjangnya. (1 soal)
- Menilai dan mengkritisi elemen intrinsik (karakterisasi, alur cerita, latar) serta otentisitas penggambaran masyarakat pada teks sastra sesuai jenjangnya. (1 soal)
- Menemukan informasi tersurat (siapa, kapan, di mana, mengapa, bagaimana) pada teks sastra atau teks informasi yang terus meningkat sesuai jenjangnya. (3 soal)
- Menyimpulkan perasaan dan sifat tokoh serta elemen intrinsik lain seperti latar cerita, kejadian-kejadian dalam cerita berdasarkan informasi rinci di dalam teks sastra yang terus meningkat sesuai jenjangnya. (2 soal)
- Menyusun generalisasi (kesimpulan umum) dari hasil inferensi terhadap ide-ide yang terkandung di dalam teks sastra atau teks informasi. (2 soal)
Tujuan Assessmen: Diagnostik
Mendiagnosa kemampuan murid untuk menentukan perangkat ajar yang tepat.
Komposisi Paket Soal
- 3 pilihan ganda
- 6 pilihan ganda kompleks
- 1 pencocokan
- 2 uraian
AKM Literasi Teks Sastra Kelas 11-12 Fase E
Wacana 1:
The Capsules karya Zulfana Imama
Sudah sepuluh tahun kami tidak melihat matahari. Bahkan malah lebih lama dari itu. Entahlah, aku sedang malas menghitung mundur dan mengingat-ingat. Matahari betulan, tentu saja. Bukan dalam bentuk hologram yang ada di setiap ruang kelas Sekolah Dasar yang memperlihatkan pada anak-anak bagaimana susunan tata surya. Bukan pula dari dokumentasi film-film lama.
Kini, ‘menatap matahari’ sudah jadi hal yang mustahil sampai-sampai orang mulai menganggapnya sebagai prestasi hidup. Membangga-banggakannya pada generasi muda. Memameri mereka yang terlahir di tengahtengah masyarakat penghuni Kapsul.
“Tahu nggak? Waktu Ayah masih kecil dulu, setiap sore selalu main skateboard di taman sampai malam. Fotofoto matahari senja kemudian dipamerkan ke teman-teman…”
Semacam itulah.
Tidak hanya kepada matahari, kami juga sudah cukup lama mengucapkan selamat tinggal kepada aurora, milky way, bulan purnama, bintang jatuh, dan hal-hal semacamnya. Manusia saat ini tidak lagi mengenal si bintang berpijar dalam kehidupan sehari-hari. Peran matahari telah digantikan oleh atap-atap yang mengeluarkan cahaya penerangan sebagai penanda siang hari dan perlahan meredup untuk menunjukkan malam.
Oh, ya. Bahkan siang dan malam pun kurasa hanya tinggal sebuah konsep semu yang mati-matian
diper tahankan supaya kami masih tetap waras. Agar kami tetap bisa melacak jejak waktu. Pukul berapa. Hari apa. Bulan apa. Tahun berapa. Walau semua nyaris terasa sama.
Mungkin sekarang kalian mulai penasaran terhadap apa yang sebenarnya terjadi. Aku akan berusaha
menjelaskan semampuku. Bukan pekerjaan mudah, memang. Tapi jika itu membantu kalian memahami apa yang kami alami, kurasa layak dicoba.
Semua bermula dari satu fenomena yang dulu sangat dianggap remeh manusia: global warming. Menurut jurnal-jurnal tua yang kudapatkan dari database perpustakaan, pemanasan global adalah isu yang sudah mulai disentil sejak penghujung abad ke-20. Tapi generasi-generasi pendahulu kami tidak peduli. Mereka menyangka itu bukan perkara besar. Perubahan iklim tidak akan membawa dampak signifikan, pikir mereka. Bahwa semesta tidak akan pernah menggeliat; bergeming meski diperlakukan semena-mena.
Saat pada akhirnya mereka tersadar, semua sudah terlambat.
Tidak ada yang bisa dicegah. Setiap tahun gletser mencair dengan kecepatan luar biasa. Permukaan air laut naik drastis. Pulau-pulau berangsur tenggelam. Sinar matahari yang menerpa bumi kian memanas. Situasi sempat begitu gawat memaksa dunia untuk bekerja sama melaksanakan survival plan.
Hasilnya adalah kami saat ini. Bertahan hidup dalam kapsul-kapsul raksasa yang berenang-renang layaknya kapal selam di bawah permukaan ketujuh samudra yang telah melebur jadi satu. Akan tetapi, bukan berarti seluruh daratan ter tutup air. Sejumlah puncak-puncak tinggi di dunia masih melongokkan wajah mereka, mencuat dari balik lautan dengan angkuh. Jumawa. Seolah-olah mengatakan bahwa mereka adalah pemenang duel. Hanya saja, paparan langsung sinar matahari kini mampu membunuh manusia. Tanaman tidak ada yang bisa tumbuh. Oksigen pun cenderung tipis akibat faktor ketinggian. Sia-sia mencoba hidup di atas sana. Kapsul terdengar jauh lebih menjanjikan.
Aku tidak akan menyalahkan seandainya kalian mengira itu semua sekadar bualan.
Memang terasa seperti cerita fiksi, kan? Ketidakstabilan. Kerusakan. Petaka. Hadirnya ‘ kiamat’ yang mendesak orang-orang berperang melawan takdir. Tapi sayangnya, harus kutegaskan kalau ini berbeda dari yang kalian duga. Ini bukan kisah distopia1. Ini adalah realita, dengan jutaan umat manusia — yang tersisa dari penduduk bumi — hidup di dalamnya. Aku hidup di dalamnya. Dan bagiku, tidak ada bukti yang lebih nyata dari itu.
Ngomong-ngomong, aku belum memperkenalkan diri. Namaku Dejen. Tiga belas hari lalu aku berulang tahun keenam belas dan jika boleh jujur, rasanya tidak ada bedanya dengan saat umurku masih lima belas tahun. Oke, perubahan pada fisikku makin jelas terlihat, sih. Aku juga sudah mulai terbiasa dengan suaraku yang baru, yang akhirnya terbentuk sempurna setelah berbulan-bulan lamanya terdengar menyerupai dengkung katak. Tapi di luar dua aspek tadi, tidak ada hal yang istimewa.
Aktivitas favoritku masih tetap menghadiri kelas Sains Profesor Liev. Aku suka bagaimana Profesor Liev
menjelaskan hal-hal rumit secara menarik dan mengaitkannya dengan kehidupan sehari-hari kami. Bagaimana air laut bisa dipecah oleh sistem penyokong kehidupan Kapsul supaya kami mendapat oksigen? Seper ti apa cara kerja teknologi yang memungkinkan kami bercocok tanam di dalam Kapsul?
Distopia adalah tempat khayalan yang segala sesuatunya sangat buruk dan tidak menyenangkan serta semua orang tidak bahagia atau ketakutan, lawan dari utopia
Dikutip dengan pengubahan seperlunya
Soal 1. Berdasarkan isi bacaan, mengapa Dejen dan masyarakat lainnya hidup sebagai penghuni kapsul?
Jawab:
a. Mereka hidup sebagai akibat pemanasan global (global warming) dari generasi sebelumnya.
b. Mereka hidup sebagai akibat perubahan iklim yang signifikan sehingga harus melakukan survival plan.
Soal 2. Apa yang terjadi jika sinar matahari yang menerpa bumi menjadi kian memanas? Berilah tanda centang (√) pada setiap pernyataan benar!
A. Saat pada akhirnya mereka tersadar, semua sudah terlambat.
B. Setiap tahun gletser mencair dengan kecepatan luar biasa.
C. Permukaan air laut menjadi naik drastis.
D. Pulau-pulau berangsur-angsur tenggelam.
E. Kapsul-kapsul tempat bertahan hidup manusia di masa datang.
Jawab: A. Salah, B. Benar, C. Benar, D. Benar, E. Salah
Soal 3. Perhatikan kutipan cerita berikut!
“Mungkin sekarang kalian mulai penasaran … kurasa layak dicoba.” (baris 17-18) “Aku tidak akan menyalahkan seandainya kalian … ketidakstabilan.” (baris 33-34) “Tapi sayangnya, harus ku tegaskan … bukan kisah distopis.” (baris 35). Berdasarkan kutipan tersebut, sifat dan perasaan tokoh Dejen yang tepat adalah ….
A. periang dan optimis.
B. tanggung jawab dan jujur.
C. bijaksana dan pasrah.
D. mandiri dan jujur.
E. bijaksana dan optimis.
Jawab: C. bijaksana dan pasrah
Soal 4. Manakah pernyataan berikut yang merupakan kesimpulan dari ide-ide di dalam teks cerita “The Capsules”?
Berilah tanda centang (√) pada setiap pernyataan yang benar!
A. Bertahan hidup dalam kapsul raksasa merupakan survival plan dari global warming.
B. Suka duka yang dialami Dejen sebagai generasi akibat pemanasan global.
C. Hidup dalam kapsul raksasa menjadi solusi terbaik akibat pemanasan global.
D. Suasana menyenangkan kehidupan di dalam kapsul-kapsul raksasa.
E. Keberlangsungan hidup generasi mendatang tergantung generasi saat ini.
Jawab: A. Benar, B. Salah C. Benar, D. Salah E. Benar
Soal 5. Perhatikan kutipan cerita berikut! “Tahu nggak? Waktu Ayah masih kecil dulu, setiap sore selalu main skateboard di taman sampai malam. Foto-foto matahari senja, kemudian dipamerkan ke teman-teman…” (baris 8-9) “Bertahan hidup dalam kapsul-kapsul raksasa yang berenang-renang layaknya kapal selam di bawah permukaan ketujuh samudera yang telah melebur jadi satu.” (baris 3132)?
Apa hubungan kedua kutipan tersebut?
Berilah tanda centang (√) pada setiap pernyataan yang benar!
A. Gambaran kehidupan manusia yang mengalami akibat kerusakan alam.
B. Kehidupan manusia di atas bumi dengan situasi dan kondisi yang berbeda.
C. Kehidupan manusia sebelum terjadi dan akibat terjadinya pemanasan global.
D. Fenomena kehidupan manusia dalam mempertahankan hidup dengan kondisi beda.
E. Gambaran kehidupan manusia yang tidak dapat menikmati indahnya alam semesta.
Jawab: A. Salah, B. Salah C. Benar, D. Benar E. Salah
Soal 6. Menurutmu, apa tujuan penulis memasukkan gambar kapsul raksasa dalam cerita?
A. Memberikan gambaran tentang bentuk kapsul raksasa seperti dalam cerita.
B. Menjelaskan bahwa di dalam laut manusia dapat bertahan hidup.
C. Menggambarkan bahwa kapsul raksasa merupakan survival plan.
D. Memperlihatkan rumah kapsul sebagai solusi akibat pemanasan global.
E. Memperlihatkan matahari mampu mencairkan gunung es dan gletser.
Jawab: A. Benar, B. Salah C. Benar, D. Benar E. Salah
Soal 7. Perhatikan kutipan cerita berikut!
“Aku tidak akan menyalahkan seandainya kalian mengira itu semua sekadar bualan. Memang terasa seperti cerita fiksi, kan? Ketidakstabilan. Kerusakan. Petaka.
Hadirnya ‘kiamat’ yang mendesak orang-orang berperang melawan takdir. Tapi sayangnya, harus
kutegaskan kalau ini berbeda dari yang kalian duga.
Ini bukan kisah distopis. Ini adalah realita, dengan jutaan umat manusia — yang tersisa dari penduduk bumi— hidup di dalamnya. Aku hidup di dalamnya. Dan bagiku, tidak ada bukti yang lebih nyata dari itu.”
Berdasarkan isi cerita, apa alasan penulis menuliskan bagian cerita tersebut?
Berilah tanda centang (√ ) pada setiap pernyataan yang benar!
A. Mengajak pembaca membentuk opini sendiri tentang peristiwa dalam cerita tersebut.
B. Memberi kesan kepada pembaca bahwa kehidupan dalam cerita akan nyata terjadi.
C. Meyakinkan pembaca agar setuju dengan pesan penulis melalui peristiwa dalam cerita.
D. Mengajak pembaca berpikir jika peristiwa dalam cerita benar terjadi dalam kehidupan manusia.
E. Menjelaskan kepada pembaca bahwa peristiwa dalam cerita adalah akibat pemanasan global.
Jawab: A. Salah, B. Salah C. Benar, D. Benar E. Benar
Wacana 2: Buaya Keroncong
Ini kali kedua pasar malam diadakan di Semarang. Seper ti halnya Pasar Gambir di Batavia, pasar malam di Semarang juga dibuka seminggu sebelum tanggal kelahiran Ratu Wilhelmina. Beberapa tenda dan aneka permainan meramaikan pasar malam.
Tenda-tenda tempat menjual aneka jajanan dan barang-barang yang kebanyakan datang dari Eropa yang tentu saja hanya sanggup dibeli orang-orang kulit putih.
Untunglah pemerintah Kotaraja memperbolehkan lapak-lapak kecil digelar di depan area pintu masuk pasar malam yang harganya bisa dijangkau oleh para pribumi karena yang dijual barang-barang kelas dua dan didatangkan dari Cina atau India.
Hanya saja, bukan itu alasan kakak beradik Bumi dan Siti mengunjungi pasar malam. Mereka sedang memburu para pemain untuk diajak bergabung dalam kelompok musik keroncong mereka.
“Sepuluh sen untuk satu tiket masuk,” ujar penjaga loket pada Bumi dan Siti.
Setelah membayar tiket masuk pasar malam, mereka langsung menghampiri panggung perlombaan musik keroncong yang akan dibuka dalam hitungan menit.
Di depan panggung, ada tenda kecil dengan kursi-kursi yang sudah penuh yang tentu saja sudah dipenuhi sinyo-sinyo dan noni-noni. Bumi dan Siti memilih berdiri saja di sekitarnya.
Perlombaan musik keroncong memang menjadi daya tarik tersendiri. Dalam perlombaan itu akan dipilih satu kelompok musik keroncong dan satu biduan terbaik yang nantinya akan menjadi bintang pertunjukan pasar malam tahun berikutnya dan dipastikan banyak yang akan mengundang mereka dalam hajatan-hajatan.
Perlombaan pun dimulai. Dibuka dengan kategori kelompok. Separuh lebih kelompok yang ikut adalah pemainpemain berdarah Eropa. Sisanya keturunan Tionghoa atau Arab, dan hanya ada satu kelompok yang keseluruhan para pemainnya adalah pribumi.
Tentu saja Bumi dan Siti lebih memperhatikan mereka. Hanya saja, sedari membuka pertunjukan, kelompok pribumi ini benar-benar tak ada harapan memenangkan perlombaan.
Permainan mereka payah sekali: musik tidak harmonis, temponya berantakan, dan biduan perempuannya hanya bisa berlenggak-lenggok kaku.
Ketika bernyanyi, suara biduannya melengking tidak enak didengar di telinga karena tak tepat menjangkau nada. Bumi dan Siti pun merasa tak akan menemukan pemain yang diharapkan mereka malam itu. Maka, mereka pun beranjak dari tempat berdiri meninggalkan panggung perlombaan. Mereka tidak ter tarik sama sekali pada kategori biduan karena yang mereka cari hanya pemain musik saja.
Namun baru setengah jalan meninggalkan area perlombaan, Siti terkesiap oleh salah satu peserta perlombaan kategori biduan. Siti pun menoleh. Ia adalah biduan lelaki. Ia membawakan lagu dari gambar gerak Terang Boelan yang sedang diputar di bioskop se-Hindia Belanda.
Terang boelan, terang boelan di kali
Boeaja timboel disangkalah mati
Jangan per tjaja moeloetlah lelaki
Berani soempah tapi takoet mati
“Mas yakin hanya aku yang menjadi biduan kelompok musik keroncong kita?” tanya Siti.
Bumi tampak menimbang-nimbang.
“Lihat senyumnya. Juga mata teduhnya itu. Siapa yang tidak tenang hatinya ketika mendengarkannya
berdendang? Dan … ia pribumi pula.” Siti kian terbuai dengan gaya flamboyan pemuda itu.
Ketika memperhatikan lebih dekat, Bumi tak bisa mengelak akan daya tarik pemuda di panggung perlombaan yang ikut dalam kategori biduan. Ia pemuda yang benar-benar menarik. Bumi meyakini bahwa pemuda itu bukan sembarang pribumi.
Mungkin ia anak seorang priayi, melihat yang ia kenakan: beskap putih bersulam benang emas dan celana panjang yang masih bersih. Di kantung beskapnya terselip arloji dengan rantai yang dibiarkan menjuntai sebagai hiasan, membuat penampilan pemuda itu jadi tambah memikat perhatian meski kulitnya sawo matang seper ti pribumi kebanyakan.
Sebenarnya, ada ketakutan dalam diri Bumi ketika mengajak biduan lelaki dalam kelompok musik
keroncongnya. Banyak biduan lelaki kerjanya suka mempermainkan perempuan sehabis melakukan per tunjukan lewat kemasyhurannya. Tak salah jika orang menyebut biduan lelaki dalam keroncong adalah buaya. Mungkin itulah penyebab orang lalu menyebut biduan lelaki adalah buaya keroncong.
“Baiklah. Kita coba mengajaknya bergabung dengan Bulan Merah, kelompok musik keroncong kita. Tapi, kau tidak lupa, bukan? Bulan Merah bukanlah kelompok musik keroncong biasa sehingga tak sembarang orang bisa bergabung?” tanya Bumi pada Siti.
Siti mengangguk mantap. Ia tidak akan pernah lupa. Bulan Merah adalah kelompok musik keroncong yang lirikliriknya membawa pesan rahasia bagi para pejuang republik.
Jadi, Bumi dan Siti harus memastikan latar belakang siapa pun yang akan bergabung. Mereka juga memastikan betapa besar marabahaya yang kemungkinan akan mereka hadapi.
Disadur dari salah satu bab novel Bulan Merah karya Gin Teguh (Ginanjar Teguh Iman) yang pernah diterbitkan Qanita Mizan pada 2014.
Soal 8. Bagaimana cara Bumi dan Siti memburu para pemain untuk diajak bergabung dalam kelompok musik keroncong mereka?
A. Mengadakan perlombaan-perlombaan musik keroncong di pasar malam.
B. Mendatangi berbagai pasar malam yang diselenggarakan di kota mereka.
C. Menda tangi kelompok-kelompok musik keroncong yang ada di kota mereka.
D. Mendatangi panggung perlombaan musik keroncong di pasar malam.
E. Membentuk kelompok-kelompok musik keroncong di pasar malam yang ada.
Jawab: D. Mendatangi panggung perlombaan musik keroncong di pasar malam.
Soal 9. Dengan memahami isi cerita, cocokkan pernyataaan berikut dengan perasaan/sifat tokoh!
A. bahagia B. Bijaksana C. Raguragu D. Kagum E. Khawatir
1. Perasaan Siti ketika Bumi menyetujui untuk mengajak biduan laki-laki bergabung dengan kelompok musik keroncong mereka.
2. Watak Bumi ketika berdialog dengan Siti ketika Bumi menyetujui untuk menambah Biduan pada grup ‘Bulan Merah’.
3. Perasaan Bumi ketika Siti menanyakan keyakinan Bumi jika hanya Siti yang akan menjadi biduan
kelompok musik keroncong mereka.
4. Perasaan Siti ketika melihat senyum dan mata teduh biduan laki-laki serta mendengarkannya
berdendang.
5. Perasaan Siti ketika menanyakan keyakinan Bumi jika hanya Siti yang akan menjadi biduan kelompok musik
Jawab: 1. Bijaksana, 2. Bijaksana, 3. Ragu-ragu, 4. Kagum, 5. Khawatir
Soal 10. Ada banyak informasi yang kamu peroleh dalam teks tersebut.
Manakah simpulan yang tepat dari teks tersebut? Berilah tanda centang (√) pada setiap pernyataan yang benar!
A. Usaha pencarian calon biduan untuk kelompok musik keroncong Bulan Merah.
B. Perjuangan biduan kelompok musik keroncong Bulan Merah dalam meraih kesuksesan.
C. Diskusi ringan untuk perekrutan biduan dalam kelompok musik keroncong Bulan Merah.
D. Kelompok musik keroncong Bulan Merah sebagai sarana perjuangan seorang biduan.
E. Penilaian terhadap biduan yang direkrut kelompok musik keroncong Bulan Merah.
Jawab: A. Benar, B. Benar C. Salah, D. Benar E. Salah
Soal 11. Apa persamaan yang dimiliki Bumi dan Siti berkaitan dengan pendirian grup musik ‘Bulan Merah’?
Jawab: Jawaban siswa menunjukkan adanya pandangan yang sama terkait tujuan pendirian grup musik “Bulan Merah”, yaitu kelompok musik keroncong yang lirik-liriknya membawa pesan rahasia bagi para pejuang republik.
Soal 12. Setelah kamu membaca isi teks, apakah judul sudah sesuai dengan isi teks?
A. Sesuai, Judul telah menggambarkan maksud didirikan grup musik ‘Bulan Merah’.
B. Tidak sesuai, Judul hanya menggambarkan bagian yang berisi kekhawatiran Bumi.
C. Tidak sesuai, Judul hanya menggambarkan bagian yang berisi kekhawatiran Siti.
D. Sesuai, Judul tidak menggambarkan perilaku biduan lelaki yang suka mempermainkan wanita.
E. Sesuai, Judul tidak menggambarkan aktivitas Bumi dan Siti yang sedang mencari pemain musik.
Jawab: B. Tidak sesuai. Judul hanya menggambarkan bagian yang berisi kekhawatiran Bumi.
Contoh Soal Literasi Teks Sastra Kelas 11-12 Fase E dengan Kunci Jawabannya dalam Format PDF dapat Anda unduh DI SINI.
Bagi Anda yang akan mengerjakan AKM Literasi Teks Sastra Kelas 11-12 Fase E secara online DI SINI.
Baca Juga:
1. Contoh Soal AKM Numerasi Aljabar Kelas 9-10 Fase E dengan Kunci Jawabannya
2. Contoh Soal AKM Numerasi Bilangan Kelas 9-10 Fase E dengan Kunci Jawabannya
3. Contoh Soal AKM Numerasi Geometri Kelas 9-10 Fase E dengan Kunci Jawabannya
4. Contoh Soal AKM Numerasi Data dan Ketidakpastian Kelas 9-10 Fase E dengan Kunci Jawabannya
5. Contoh Soal AKM Literasi Teks Sastra Kelas 11-12 Fase E dengan Kunci Jawabannya
Anda juga dapat berlatih AKM dengan Contoh soal Asesmen Numerasi dan Literasi Kelas lainnya melalui tautan di bawah ini.
1. LENGKAP: Contoh Soal AKM Kelas 1-2 Numerasi dan Literasi Fase A [BERLATIH]
2. LENGKAP: Contoh Soal AKM Kelas 3-4 Numerasi dan Literasi Fase B [BERLATIH]
3. LENGKAP: Contoh Soal AKM Kelas 5-6 Numerasi dan Literasi Fase C [BERLATIH]
4. LENGKAP: Contoh Soal AKM Kelas7-8 Numerasi dan Literasi Fase D [BERLATIH]
5. LENGKAP: Contoh Soal AKM Kelas 9-10 Numerasi dan Literasi Fase F [BERLATIH]
Demikian Contoh Soal Literasi Teks Sastra Kelas 11-12 Fase E dengan Kunci Jawabannya. Semoga bermanfaat.